Senin, 01 September 2014

Rivalitas Manchester United dengan Liverpool

"Beberapa orang berpikir sepak bola adalah hidup dan mati. Tapi saya yakinkan Anda, ini akan jauh lebih penting daripada itu semua."- William “Bill” Shankly.






KOMPAS.com – Pernyataan yang dilontarkan dari bibir manajer legendaris Liverpool, Bill Shankly, itu seakan menjadi gambaran sesungguhnya ketika menyaksikan rivalitas terbesar dalam ziarah sepak bola Inggris antara Liverpool dan Manchester United. Nama besar kedua tim seakan menjadi ikon yang tak bisa lepas dan saling melengkapi satu sama lain di dalam ranah sepak bola Inggris saat ini.

Jika ditarik ke belakang, rivalitas Liverpool dan MU ini tak bermula dari urusan lapangan semata. Dunia bisnislah yang pertama kali membuat api rivalitas menggelora dalam sejarah dua klub tersebut. Pada abad ke-19, hubungan kedua kota itu awalnya sangat harmonis, karena Liverpool terkenal sebagai kota pelabuhan besar di Inggris, dan Manchester merupakan kota pertama yang perekonomiannya cukup maju semenjak revolusi Inggris.

Namun, hubungan manis itu harus retak pada akhir 1878. Depresi dunia ketika itu, membuat Manchester "menyalahkan" Liverpool karena dianggap telah memberlakukan tarif tinggi bagi jalur distribusi produk-produk mereka. Kecewa, Manchester lantas membangun pelabuhan sendiri untuk mendistribusikan hasil industri kotanya ke seluruh dunia pada 1894.

Langkah itu, secara tidak langsung akhirnya membuat pendapatan kota dan penduduk di Liverpool turun dengan drastis. Semenjak inilah awal aroma kebencian masyarakat kedua kota itu terjadi. Para Scouse, sebutan warga Liverpool, menilai Mancunian, sebutan bagi warga Manchester, sebagai biang kerok dibalik kekacauan yang terjadi di kotanya.

Kebencian ini pula yang kemudian merasuki ranah sepak bola. Untuk urusan lapangan hijau, Liverpool memang lebih dulu "besar" dibanding dengan MU. Meskipun MU merupakan tim Inggris pertama yang memenangkan Piala Champions pada 1968, namun kesuksesan di era tersebut memang harus diakui adalah milik Liverpool. Memasuki era 1970-an, di bawah kepemimpinan Bill Shankly, Liverpool berubah menjadi raksasa sepak bola di Inggris maupun di Eropa.

Di era ini, Liverpool menyabet 11 gelar juara Liga dan empat juara Piala FA. Termasuk juga prestasi mereka meraih Treble Winners pada tahun 1984 dengan menyandingkan gelar juara Liga dengan Piala FA dan Piala Champions. Bahkan, pada 1974, "The Reds" dapat tertawa bangga karena dapat meraih sukses di papan atas Liga dan Piala FA disaat MU harus rela bermain di Divisi II.

Rivalitas itu kembali memanas memasuki era 1990-an, ketika pelatih asal Skotlandia, Sir Alex Ferguson, memulai karirnya bersama MU. Bahkan, di awal karirnya itu, Ferguson sempat dengan lantang mengatakan bahwa hal terindah bagi dirinya adalah ketika "memukul" Liverpool yang sedang berada di puncak kesuksesan.

Dan pernyataan itu, bukanlah isapan jempol semata. Fergie membuktikannya tiga tahun setelah memulai karirnya bersama MU pada 1986. Fergie memberikan gelar Piala FA pertamanya untuk MU pada 1990. Setelah itu, giliran MU yang berubah bak raksasa Inggris dan dapat tertawa manis di atas "kesuksesan" Liverpool yang terakhir kali meraih gelar Liga Inggris pada 1989. Di era ini, MU mampu meraih 11 gelar juara liga dan 2 kali juara Liga Champions.

Secara keseluruhan, gelar juara Premier League tahun lalu telah menjadikan MU sebagai pemegang koleksi juara terbanyak dengan 19 gelar, mengalahkan Liverpool dengan 18 gelar.  Namun, jika melihat gelar di Eropa, Gerrard dan kawan-kawan jelas lebih unggul dengan raihan lima gelar Liga Champions dibanding MU yang baru mengantongi tiga gelar.

Dari sejarah pertemuan, keduanya sudah bertemu sebanyak 155 kali di semua ajang. Dari catatan pertemuan itu, MU, lebih unggul dengan 59 kemenangan, sedangkan Liverpool mampu meraih 52 kemenangan dan sisanya berakhir dengan imbang.


Rivalitas sejati

North West Derby. Jika Anda masih asing dengan istilah tersebut, maka membaca tulisan di bawah ini hukumnya fardhu 'ain bagi Anda.

Sepakbola Inggris tidak akan lengkap jika tidak menyajikan pertemuan antara dua rival abadi, Liverpool FC dan Manchester United. Jika Anda menganggap bahwa El Clasico antara Real Madrid dan Barcelona berada di urutan pertama pertandingan rival terbesar di dunia, maka saya bisa meyakinkan Anda bahwa North West Derby berada di urutan yang ke-2. Alasan kenapa pertandingan antara MU dan Liverpool disebut sebagai North West Derby atau Derby Barat Laut dikarenakan dua kota markas kedua tim tersebut (Liverpool dan Manchester) berada di Barat Laut kepulauan Inggris. Liverpool berada di wilayah metropolitan county Merseyside, sedangkan Manchester berada di wilayah Greater Manchester. Kedua metropolitan county tersebut berada di official region (semacam provinsi) North West England. Jarak antara kedua kota terbilang dekat, dan hanya terpisah sekitar 48 km. (Masih jauhan Jakarta - Bandung :p)

North West England Map
Peta: North West England
Tidak ada yang dapat memastikan sejak kapan persaingan sengit keduanya dimulai. Namun, persaingan keduanya diduga dimulai dari persaingan antara industri kedua kota yang memuncak saat revolusi industri. Sejak awal revolusi industri di Inggris, setiap kota ingin menjadi lebih baik dari tetangganya dalam sisi ekonomi. Liverpool sejak dahulu terkenal dengan pelabuhannya yang sibuk, mungkin yang tersibuk dan terbesar seantero Inggris Raya kala itu. Pelabuhan ini kemudian memberikan kehidupan bagi warga kota, seiring dengan kapal-kapal besar yang datang dan singgah di Port of Liverpool (masih ingat film Titanic?). Sementara Manchester, yang tidak memiliki pelabuhan dan wilayah pantai, ramai diketahui sebagai pusat industri kapas dan tekstil. Hal ini menjadikannya sebagai kota yang modern, maju dan mandiri di Inggris. Mari kita ibaratkan kota Liverpool sebagai Jakarta dengan pelabuhan Tj. Priok nya, dan kota Manchester kita anggap sebagai Bandung yang terkenal dengan fashionnya. 

Namun pada tahun 1894, dimulailah pembangunan Manchester Ship Canal yang membuat kapal-kapal dapat memotong perjalanan mereka langsung ke wilayah Manchester tidak perlu melewati pelabuhan Liverpool. Kanal tersebut seperti semacam sungai buatan yang berhulu di muara Sungai Mersey yang melintasi kota hingga berujung di kota Manchester. Otomatis penduduk kota pelabuhan mulai berkurang penghasilannya, yang biasanya ia dapatkan dari jasa pengangkutan barang yang mereka dapatkan dari kapal-kapal yang berlabuh di Liverpool. Kesenjangan ekonomi antara penduduk kota Liverpool dan Manchester pun tak terelakkan. Hal ini membuat bibit-bibit kebencian mulai tumbuh diantara penduduk kedua kota dengan suburnya.

Manchester Ship Canal
Sebuah kapal melintasi Manchester Ship Canal
Manchester Ship Canal Route Map
Rute: Manchester Ship Canal
Tidak hanya dari sisi ekonomi, persaingan lainnya juga terjadi di bidang musik. Liverpool, seperti diketahui, merupakan tempat kelahiran The Beatles yang menjadi salah satu band paling berpengaruh di dunia musik. Manchester pun tidak mau kalah dan melahirkan band lokal lainnya seperti The Stone Roses, New Order, The Smiths, dan juga Oasis. Persaingan-persaingan tersebut pun akhirnya melebar hingga ke lapangan hijau. Di sisi sepakbola, Liverpool lebih dulu merasakan sukses dalam rentang waktu 1973 sampai 1990-an, dengan memenangkan 11 gelar Liga Inggris plus 4 trofi Juara Eropa di tahun tersebut *ehem benerin kerah baju*. Namun, mulai musim 1993 sukses berbalik jadi milik Red Devils. Di bawah Sir Alex Ferguson, MU sukses meraih 12 gelar Premier League dan 2 trofi Liga Champions. Maka tidak heran jika di tahun 2013 ini hits Not Nineteen Forever dari The Courteeners menjadi lagu yang paling digemari oleh fans United di seluruh kolong langit.
Ketat dan tipisnya perbedaan dari jumlah piala yang dimenangkan hanya membuat kebencian dari kedua pihak suporter menjadi lebih panas. Pergesekan antar keduanya pun semakin terpercik setelah dua musim lalu MU berhasil menggeser Liverpool dari singgasana kerajaan pemilik gelar Liga Inggris terbanyak selama berpuluh tahun lamanya. Pasukan Old Trafford -hingga tulisan ini diturunkan- telah mengemas 20 trofi kasta tertinggi Liga Inggris, sedangkan The Reds perkasa dengan 18 trofinya yang kini telah penuh dengan debu dan karat *let me say this*. Raihan keduanya jauh di atas klub-klub lainnya. Arsenal, yang terpaku di urutan ke-3 mengoleksi 13 trofi, serta Everton yang berhasil merengkuh 9 kali juara top flight liga Inggris, berada di urutan ke-4. Panasnya gengsi antara kedua tim ini pun ikut membuat tribun kedua suporter panas. Saling ejek bahkan perkelahian kecil kerap terjadi. Jika bagi Anda pindah agama merupakan hal yang sangat tercela bahkan haram, maka pindah dari seorang fans Liverpool menjadi fans United ataupun sebaliknya adalah sesuatu yang mustahil. Bagi mereka (fans Liverpool ataupun fans United sejati), pindah haluan ke kubu seberang sama halnya dengan pindah agama.

Fans Banner
5 times UCL vs 20 times EPL
Ryan Giggs Banner
Unfortunately, that's true :|
Persaingan kental antara klub dan suporter ternyata merembet sampai level para pemain. Steven Gerrard memiliki berbagai koleksi kostum dari berbagai klub di rumahnya, namun ia pernah bersumpah tidak akan pernah memajang satupun kostum Manchester United. Sedangkan di kubu MU, Wayne Rooney dikenal sangat tidak menyukai Merseyside Merah. Pasalnya, Wazza sudah dididik di klub sekota Liverpool, Everton, sejak kecil. Jadi pantas saja rasa kebencian itu sudah tertanam dalam dirinya. Dan Everton dalam hal ini memerankan karakter sebagai guru antagonis yang menghasut Wazza secara sempurna.

Steven Gerrard, ketika diwawancara oleh ESPN beberapa waktu yang lalu tentang alasan kenapa ia selalu mengacungkan 5 jari setelah mencetak gol ke gawang United, ia menjawab: "Saya hanya ingin mereka tahu bahwa Liverpool masih di atas mereka dengan menjuarai Piala Champions 5 kali, jadi mereka tidak usah sombong dengan trofi ke 20 Liga Inggris yang mereka raih. Saya tidak membenci mereka. Saya hanya membenci cara mereka dalam merayakan gelar ke 20, itu terlalu sombong dan menganggap kami remeh." Memang tidak bisa dipungkiri bahwa United kini adalah pemuncak daftar juara terbanyak Liga Inggris, mereka begitu superior pada dekade 90-an dan 2000-an, ketika diarsiteki Alex Ferguson. Bagi Alex, hasil ini adalah mimpinya sejak pertama ditugasi untuk melatih United. Tahun 1986, saat Alex Ferguson pertama kali ditunjuk sebagai pelatih MU, ia ditanya wartawan tentang misi utamanya di MU, dia menjawab, "menendang Liverpool dari hirarki sepakbola Inggris."

Gerrard vs Rooney
Keras!!
Carragher vs Gerry Neville
Panas!!
Tetapi dibalik semua kebencian dan persaingan yang ada, harus diketahui juga bahwa ada persahabatan erat diantara para manajer dan pemain. Manajer legendaris United, Sir Matt Busby, mengisi karir sepakbolanya di Liverpool, dan ia juga berteman baik dengan Bill Shankly yang menjadi tokoh yang selalu dihormati di Anfield. Sedangkan ketika Gerard Houllier harus dioperasi jantungnya tahun 2001, Alex Ferguson termasuk kelompok pertama yang menjenguknya di rumah sakit kala itu.

United kehilangan hampir semua pemain di tim yang dijuluki Busby Babes pada kecelakaan pesawat di Munich tahun 1958. Kecelakaan tersebut dikenal dengan Munich Air Disaster, dimana 23 pemain dan staff MU tewas akibat tragedi naas tersebut. Dan Liverpool pun meminjamkan beberapa pemainnya ke United karena insiden tersebut, sebagai rasa simpati dan kemanusiaan. Selain menyumbangkan 5 pemain utama ke MU, Liverpool juga menyumbangkan pemain reserves berapapun yang MU inginkan, dan Liverpool yang membayar gajinya. Bill Shankly saat itu mengatakan bahwa Sir Matt Busby sebagai manager yang hebat. Bill Shankly juga mengatakan kepada kubu United bahwa Liverpool siap membantu apa saja yang MU butuhkan saat itu. Setelah tragedi Munich tersebut, MU bisa melanjutkan kembali kompetisi Liga Inggris pada musim 1958-1959, itu semua karena jasa Liverpool. 

Dibalik semua memori, kenangan dan romantisme masa lalu antara kedua tim, selalu akan ada intrik dan persaingan beraroma gengsi setiap kali kedua kubu bentrok baik di Anfield maupun di Old Trafford. Terutama, di era sepakbola modern saat ini. Kartu kuning dan merah berharga sangat murah di derbi panas yang terkadang juga membuat panas wasit yang memimpin dan kita yang menontonnya ini. Keras, kasar, dan emosional menjadi ciri dari atmosfer pertandingan, namun tetap menarik untuk dilihat oleh mata manusia yang masih memiliki cita rasa akan keindahan sepakbola.
Liverpool vs MU in 2011
Lepasin gue!
Liverpool vs MU in 2012
Why red card, rev?
Pada akhirnya, semua memori dan hubungan yang terjalin oleh kedua tim akan dilupakan sementara selama 90 menit, saat kapten kedua tim keluar dari ruang ganti dan memimpin rekannya masing-masing untuk memulai kembali duel 'Badai Merah' tahunan di Liga Inggris. Well, sebagai seorang manusia yang masih dianugerahi akal sehat, kecerdasan dan hati nurani oleh Yang Maha Kuasa untuk memilih Liverpool FC sebagai klub idolanya, harus saya akui memang United lebih superior, setidaknya dalam dua musim terakhir dibanding kubu lawan. 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar